Gambar 1. Keindahan Grand Canyon |
Dengan area yang luas, banyak spot untuk mengagumi keindahan Grand Canyon, namun secara umum lokasi destinasi wisata dibagi menjadi empat bagian sesuai arah mata angin, yaitu Utara, Timur, Selatan, dan Barat. Kali ini saya memilih untuk berkunjung ke Grand Canyon Skywalk yang ada di bagian barat (Grand Canyon West), salah satu atraksi terbaru di Grand Canyon yang sangat menggiurkan bagi para pecinta ketinggian. Kebetulan lokasi ini juga yang paling mudah dijangkau dari Los Angeles, tempat singgah sementara di AS. Dari Indonesia, rute paling mudah adalah ke Los Angeles, California, di pantai timur Amerika.
Banyak maskapai yang melayani rute Jakarta – LA, namun semua harus transit dulu, entah di Singapura, Hongkong, Tokyo, atau Seoul. Dari LA, perjalanan bisa dilanjutkan dengan jalan darat ke Las Vegas, Nevada, selama 4 jam, dilanjutkan dengan perjalanan selama 2 jam ke Taman Nasional Grand Canyon. Cara termudah dan fleksibel adalah dengan menyewa mobil di bandara, seperti umumnya dilakukan orang Amerika. Namun harap diingat, Anda harus membawa SIM internasional dan juga sebaiknya sudah familiar dengan setir kiri. Kalau tidak yakin, sebaiknya Anda naik bis ke Las Vegas, lalu dilanjutkan dengan paket tur dari Las Vegas ke Grand Canyon.Pada waktu itu, saya beserta teman-teman memilih menyetir mobil sendiri karena kawan saya sudah cukup mahir menyetir di Amerika saking seringnya ditugaskan ke sana. Niat hati sih pengen nyetir Mustang Shelby GT500 yang legendaris, tapi berhubung rame-rame dengan bawaan segambreng, akhirnya kami pilih mobil MPV yang muat banyak. Karena perjalanan cukup jauh, kami putuskan untuk menginap dulu di Las Vegas, baru paginya berangkat ke Grand Canyon.
Perjalanan dari Las Vegas ke Grand Canyon benar-benar memanjakan mata. Hamparan gurun luas dengan tebing tebing tinggi seolah menjadi appetizer bagi sebuah main course yang sangat lezat. Kami juga melewati Hoover Dam yang membendung Sungai Colorado. Bendungan ini dibangun pada tahun 1935 dan hingga kini masih dianggap salah satu keajaiban teknologi di masa modern. Setelah kurang lebih 2 jam, kami sampai di titik terakhir mobil bisa memasuki kawasan Grand Canyon West, persis di sebelah bandara perintis. Grand Canyon West adalah rumah sekaligus kawasan perlindungan bagi suku asli Amerika, yaitu Hualapai (lebih popular dengan sebutan suku Indian, walaupun sebenarnya ini salah kaprah saat Columbus mengira Benua Amerika adalah India, tujuan sesungguhnya ekspedisi Columbus). Tak heran, sapaan pertama setelah turun dari mobil adalah “Welcome to the Hualapai Nation.”
Setelah parkir mobil, kami masuk ke tenda besar tempat penjualan tiket masuk dan souvenir. Pengujung wajib membeli minimal tiket Hualapai Legacy Package, yang terdiri dari Hop-on-Hop-off shuttle bus ke 3 lokasi, yaitu Eagle Point, Guano Point, dan Hualapai Ranch. Sekarang harga tiket Hualapai Legacy Package adalah US$ 43,32. Berhubung kami juga kepingin jalan-jalan di Skywalk, maka kami harus membeli tiket Legacy Gold Package seharga US$ 80,94. Paket ini sebenarnya adalah Hualapai Legacy Package ditambah tiket Skywalk dan makan siang. Walaupun cukup mahal, tapi rasanya sayang kalau sudah jauh-jauh datang tidak ke Skywalk.
Sepanjang perjalanan dari parkir mobil ke Eagle Point, lokasi Skywalk, kami sudah dihibur dengan hamparan pasir yang dihiasi tebing-tebing raksasa. Tak sampai setengah jam, kami sudah sampai di Eagle Point, tempat pemberhentian pertama. Eagle Point sendiri merupakan nama yang diberikan oleh Suku Hualapai. Saya langsung terperangah melihat kecantikan Grand Canyon dari dekat. Tebing-tebing tinggi berwarna coklat kemerahan dihiasi garis-garis lapisan batuan dengan hamparan Sungai Colorado yang berkelok-kelok benar-benar keagungan Sang Maha Pencipta yang tidak bisa ditandingi. Sejauh mata memandang hanyalah gurun pasir, ngarai terjal, dan sungai yang tampak begitu kecil karena nun jauh di bawah sana. Alhamdulillah, saya tak mengira impian saya melihat Grand Canyon, bukan hanya Green Canyon, bisa terwujud saat itu.
Gambar 3. Grand Canyon Dari Eagle Point |
Tanpa banyak buang waktu, kami segera menuju tujuan utama kami, Grand Canyon Skywalk. Sebuah jembatan transparan berbentuk U tanpa tiang penyangga, Skywalk adalah mahakarya rekayasa bangunan yang baru dibuka tahun 2007. Terletak sangat strategis di tepi ngarai yang menghadap kelokan sungai, jembatan ini menjorok sejauh 21 m dari bibir ngarai, dengan ketinggian mencapai 240 m dari titik terbawah di bibir sungai. Dengan lantai dan pagar pembatas berupa kaca tembus pandang yang didesain khusus untuk menahan beban manusia dan fenomena alam seperti angin, hujan, dan salju, Skywalk menjadi sebuah platform terbaik untuk menyaksikan keindahan Grand Canyon dari tepi ngarai.
Dengan biaya pembangunan sekitar 30 juta dollar dan kerumitan di balik pembuatannya, saya rasa tiket yang mahal cukup layak untuk ditebus. Oya, sebelum masuk Skywalk, kami menukar tiket dengan makan siang terlebih dahulu. Saat berjalan di atas jembatan, kami tidak diperkenankan membawa barang apapun, termasuk kamera. Bahkan alas kaki harus dilapisi sarung kain untuk mencegah goresan pada lantai kaca. Jembatannya tidak terlalu lebar, kira-kira hanya cukup untuk 2 orang berpapasan. Pada satu waktu, jumlah orang yang ada di jembatan dibatasi hanya 120 orang. Pengelola juga menyediakan jasa foto di tengah jembatan, yang hampir selalu dibeli oleh pengunjung walaupun harganya mahal. Kapan lagi bisa foto-foto narsis di atas Skywalk dengan background Grand Canyon yang eksotis. Soal pemandangan dari sini, jangan Tanya lagi, pastinya benar-benar cantik dan rasanya tidak ingin beranjak. Konsep jembatan ini adalah menyediakan platform bagi manusia untuk melihat Grand Canyon dari perspektif “eagle view.” Pengunjung memang seolah-olah terbang di atas Sungai Colorado dengan ketinggian sejajar dengan puncak ngarai, sebuah titik yang paling ideal untuk mengagumi keindahan tebing-tebing raksasa di sekeliling dengan tetap menikmati kecantikan lekukan Sungai Colorado.Setelah keluar dari Skywalk, kami beranjak ke amphitheatre yang terletak persis di belakang Skywalk. Sayangnya, tak ada pertunjukkan pada saat itu. Untungnya masih ada berbagai rupa rumah asli Suku Hualapai yang sangat unik. Yang paling khas adalah Wikiup, yaitu rumah yang berbentuk kerucut dari kayu-kayu kecil yang sering digambarkan di kartun-kartun. Ada juga toko penjualan kerajinan tangan asli buatan Suku Hualapai
Puas menikmati berbagai atraksi di Eagle Point, kami beranjak ke Guano Point. Dengan konsep Hop-on-Hop-off, pengunjung bisa kapan saja pergi ke tempat berikutnya. Guano Point menawarkan pemandangan yang lebih luas karena terletak di sebuah bukit. Pengunjung harus sedikit berusaha menaiki bukit untuk mendapatkan view 360 derajat yang benar-benar luar biasa.
Saya benar-benar terkagum-kagum melihat pemandangan tebing-tebing tinggi berlapis-lapis dengan liukan Sungai Colorado di bawahnya. Segala arah mata memandang hanyalah tebing-tebing coklat kemerahan dengan hamparan pasir di sekelilingnya. Namun disini pengunjung harus benar-benar hati-hati karena tidak ada pagar di sekeliling. Karena di sini ada beberapa titik pengamatan, pilih yang terletak cukup jauh dari tepi jurang. Kalaupun ingin menuju bukit yang paling dekat dengan tepi jurang, pastikan Anda bisa berjalan dan menaiki bukit dengan sangat hati-hati. Pastinya titik ini memberikan sensasi pemandangan yang paling dahsyat.
Puas memandangi karya Tuhan Yang Maha Kuasa, kami putuskan untuk kembali ke tempat parkir mobil karena hari sudah mulai sore. Kami tidak mengunjungi Hualapai Ranch karena waktu yang sudah mepet dan bukan tujuan utama kami. Atraksi utama di Hualapai Ranch adalah wahana yang menggambarkan kehidupan koboi ala Suku Hualapai. Di sini pengunjung bisa belajar membuat simpul dan menaiki kuda ala koboi. Bagi kami, rasanya tidak terlalu istimewa dan tujuan utama kami sudah tercapai, jadi pilihan untuk segera pulang rasanya lebih tepat mengingat perjalanan panjang kembali ke LA hari itu juga.
Oya, pada saat pulang, ada kejadian menarik saat kami kembali ke Las Vegas. Sekedar informasi, perjalan dari Las Vegas ke Grand Canyon West harus melewati jalan tanah di tengah gurun. Saat di tengah-tengah gurun tersebut, tiba-tiba kami terhadang kemacetan panjang.
Semua orang turun dari mobilnya, beberapa orang yang sudah kebelet pipis segera mencari semak-semak atau kaktus sebagai tempat berlindung. Ya, ini benar-benar di tengah gurun tanpa suatu fasilitas, bahkan sinyal handphone pun tak ada. Rupanya, ada kecelakaan yang mengakibatkan sebuah mobil terbalik dan menghalangi jalan. Butuh waktu sekitar 2 jam sampai datang mobil Derek untuk menyingkirkannya ke tepi jalan.
Alhamdulillah, akhirnya kami bisa kembali melanjutkan perjalanan meski kemalaman, dengan sejuta memori keindahan Grand Canyon yang akan abadi di benak kami.
0 Response to "Grand Canyon (Amerika)"
Posting Komentar
Terima kasih sudah Berkunjung ke blog kami, silahkan berkomentar dengan bijak , Komentar spam dan/atau berisi link aktif, tidak akan ditampilkan, Thx