Ladakh yang terletak di utara India, tak hanya terkenal dengan panorama yang indah. Penduduknya juga punya sifat ramah dan suka membantu. Wilayah ini akan membuat siapapun jatuh cinta.
Mungkin belum banyak orang Indonesia yang pergi ke daerah di utara India ini. Saya pun baru tahu dari teman seperjalanan yang mencetuskan ide perjalanan ke daerah ini.
Kami pun melalui perjalanan Jakarta-Singapura-New Delhi-Leh dengan penerbangan low budget. Tapi akhirnya ongkos pun membengkak karena maskapai yang kami tumpangi mengalami delay.
Gambar 1. Ladakh di India |
Pesawat kedua kami berangkat pukul 17.00 sore dari Singapura menuju New Delhi. Namun ternyata, pesawat pertama yang melewati Jakarta-Singapura, dari pukul 07.00 pagi delay sampai pukul 23.00 malam. Kami pontang panting di bandara, seperti terkena serangan jantung tingkat tinggi. Tak sabar, kami pun langsung mencari maskapai lain untuk mengejar penerbangan pukul 15.00 sore.
India memang negara yang penuh kejutan, "You dont know which surprise you're gonna get!" Beruntungnya, kami mendapatkan kejutan-kejutan yang menyenangkan di negara tersebut.
Sesampainya di New Delhi, kami mendapat kejutan ketika apply Visa on Arrival (VOA). Petugasnya sangat baik dan ramah. Mereka bahkan memberikan snack kepunyaannya karena tahu kami belum makan dari siang. Saat itu sudah sekitar pukul 23.00 malam.
Selain itu, mereka juga sangat humoris dan jujur. Sebagai tanda terima kasih, kami pun membayar lebih uang VOA, tapi mereka tidak mau. Akhirnya, kami tidur di airport karena pagi harinya kami sudah harus terbang ke Leh, Ibukota Ladakh.
Setibanya di Leh, pemandu mengatakan kalau kami harus beristirahat selama 2 hari, langsung tidur siang dan kalau berjalan harus perlahan, banyak minum air dan tidak boleh keramas agar kami terhindar dari Altitude Mountain Sickness (AMS).
Sayangnya, teman saya langsung mengalami AMS dengan gejala, pusing hebat, mual, dan malas makan. Akhirnya, ketika sore hari saya menyempatkan diri untuk mengitari Leh, kota kecil yang bersahabat.
"Julley!" Semua orang menyapa kami dengan kata itu. Julley artinya selamat datang, selamat pagi, selamat siang, selamat malam, permisi, maaf, terimakasih, sampai jumpa. Semua orang di Ladakh mengucapkannya dengan kata itu. "Julley...."
Seorang pelayan restoran, asli Ladakh, dengan baik hatinya ingin mengantarkan teman saya ke rumah sakit, mencari obat dengan motornya, serta mengantarkan kami ke internet kafe terdekat. Padahal, jarak internetnya hanya sekitar 15 langkah. Tak hanya itu, bahkan seorang lokal yang ada di restoran, memberikan kami aprikot dan apel secara cuma-cuma. Wah senangnya.
Penjaja toko di daerah yang berada di bagian timur pemerintahan pun sangatlah ramah. Mereka mengajak mengobrol dan memberikan kami teh.
Kami sangat kagum dengan keramahan orang-orang di Ladakh. Meski berada di India, perawakan orang Ladakh tidak seperti orang India. Mereka berkulit putih, bermata sipit, hidung mancung, dan lucu-lucu.
Yang bisa kita lakukan di sana seperti mengunjungi Gompa (monasteri) tempat tinggal biksu-biksu, Leh Palace, trekking di pegunungan Himalaya, gurun pasir, naik unta, dan lain-lain. Kita juga bisa melihat hamparan padang gurun, padang rumput dengan kuda-kuda liar. Ya, kambing gunung dan tak lupa himalayan marmot. Marmot raksasa berwarna kecoklatan ini bisa kita beri makan biskuit.
Sepertinya, perjalanan ini memang penuh kejutan. Ketika hendak makan malam di sebuah restoran Asia karena kami tertarik dengan tagline yang berbunyi "Serve you best Asian cuisine" dengan lambang sumpit.
Dalam menu yang disodorkan tertera, 'Indonesian nasi goreng' dan 'Satay'. Kami pun sangat takjub! Bagaimana bisa ada makanan Indonesia di sini. Setelah selesai memesan, seorang pasangan suami istri menghampiri kami dan berkata, "Kalian dari Indonesia yah?"
Kami ternganga, ternyata mereka adalah pemilik restoran tersebut. Si istri berasal dari Jakarta yang tinggal di Dubai sebagai pengacara dan suami asli Ladakh yang berperawakan seperti Bli-Bli dari Bali.
Kami pun bercerita semalaman mendengarkan kisah cinta mereka. Sungguh romantis, ternyata, sang suami-Mas Juma- juga memiliki travel agent dan kami mendapat diskon. Hore! Mereka sungguh baik hati. Tidak hanya itu, mereka juga mengantarkan kami kembali ke hostel saat tengah malam.
Gambar 3. Perjalanan Menuju Ladakh |
Tempat yang kami kunjungi adalah Nubra Valley and Pangong Tso. Untuk kedua tempat ini kita butuh permit lagi yang bisa diurus dari agen perjalanan setempat. Kita juga bisa share kendaraan dengan turis-turis lain yang mau menuju ke tempat yang sama.
Akhirnya kami menemukan 2 pria turis Eropa untuk berbagi jeep. Pria-pria ini adalah para pendaki gunung yang sangat tangguh.
Jadi, kalau ke Ladakh tujuan utamanya adalah trekking dan melihat jejeran pegunungan Himalaya yang sangat ciamik. Ditutup salju di bagian atasnya. Juga, jalan daratnya yang luar biasa. Di sebelah mobil kami pun langsung terlihat jurang dan di sebelah kiri gunung-gunung batu.
Berempat, kami menjadi teman seperjalanan yang sangat kompak. Ketika kami tidak sanggup menghabiskan makanan, dengan senang hati mereka menerima hibahan. Ketika kami ingin naik unta, mereka juga mau menemani naik unta. Puncaknya, ketika kami ingin menuju Gompa di atas gunung dan mengharuskan kami untuk memanjat dan berjalan cukup jauh, mereka pun mendorong kami dari belakang.
Kalau Anda pernah menonton film "3 Idiots", adegan terakhir si Karina Kappoor bertemu dengan si Rancho dengan pemandangan yang spektakuler. Itulah panorama Pangsong Tso. pangsong Tso, sebuah danau di antara pegunungan yang airnya berwarna biru dramatis.
Di sini, kami menginap selama satu malam di rumah penduduk setempat di Pangong. Semalam suntuk kami bermain kartu bersama mereka. Ternyata mereka mengajarkan kami main Truff dengan peraturan yang berbeda. Walaupun, kami tidak paham bahasanya, tapi permainan berjalan dengan seru sekali.
Meskipun begitu, walaupun Ladakh di India tapi benar- benar tak terasa nuansa Indianya. Orang-orangnya berbeda, perilakunya berbeda, bahkan orang Ladakh sendiri tidak mau dibilang orang India.
Bila lain kali mau kembali ke sana, kami akan menempuh dengan rute yang berbeda. Mas Juma menyarankan kami untuk lewat Srinagar dan jalan darat, lanjut ke Leh untuk memudahkan tubuh mengaklimatisasi sehingga minim terkena AMS. Ikut yuk!
0 Response to "ladakh (India)"
Posting Komentar
Terima kasih sudah Berkunjung ke blog kami, silahkan berkomentar dengan bijak , Komentar spam dan/atau berisi link aktif, tidak akan ditampilkan, Thx